Bintang Indonesia – dalam menjalani kehidupan cinta, ada saat-saat indah, ada juga saat di mana kita kesal sampai tidak mau mendengarkan si dia lagi. Padahal, setelah kejadian itu berlalu, Anda menyesal, mengapa bisa terjadi. Hanya karena masalah sepele, bertengkar hebat dengan pasangan, pacar atau suami Anda.
Richard dan Kristine Carlson, penulis Don’t Sweat the Small Stuff in Love mencoba berbagi pengalaman, bagaimana cara mempertahankan hubungan, agar tetap harmonis dan mesra, sepanjang hidup Anda. Baca dan pahamilah solusi yang ditawarkan Richard dan Kristine Carlson. Siapa tahu bisa membantu Anda mengelola hubungan secara lebih bijaksana.
Solusi 1: Hindari kalimat “Saya cinta kamu, tapi…”
Tiga kata terindah yang ada di setiap bahasa, .I love you., .Ich liebe dich., atau apa saja, tapi mengandung makna sama, saya cinta kamu. Sayang sekali jika 3 kata yang punya pengaruh positif itu ditambah kata “tapi” di belakangnya. Jangan mengatakan “Saya mencintaimu, tapi saya ingin kamu berhenti membuat saya selalu menunggu” atau “Saya cinta kamu, tapi diskusikan dulu sebelum kamu memutuskan sesuatu.” Pisahkan dua kalimat yang punya pengaruh bertolak belakang itu.
Cukup masuk akal. Satu-satunya alasan menghubungkan “tapi” dan “saya cinta kamu”, hanyalah agar keluhan yang dilontarkan lebih beralasan. Daripada mengatakan secara langsung apa yang mengganggu, memang lebih mudah mengatakan, ”Saya benar-benar mencintaimu, makanya saya ingin kamu berubah jadi lebih baik.”
Kalau Anda mencintai pasangan, katakan padanya. Saat ada yang mengganggu, bagi perasaan yang dialami dengan pasangan Anda. Tapi jangan lakukan keduanya secara bersamaan.
Solusi 2: Jika punya kebiasaan buruk, biarkan saja
Setiap orang pasti punya kebiasaan buruk, termasuk Anda dan pasangan. Ada dua cara menanganinya: pasangan berubah atau Anda putuskan untuk membiarkan kebiasaan itu.
Telaah kembali kebiasaan buruknya, maka Anda akan tahu dan menyadari, kebiasaan itu terasa mengganggu terutama karena membiarkannya mengganggu Anda. Anda menuntut atau berharap kebiasaan buruk itu akan menghilang dan secara tidak sadar menjadikannya musuh. Sekali bisa berdamai dengan kebiasaan buruk, lambat laun Anda bisa melihat sisi lain, yang lebih baik.
Satu kebiasaan buruk, pasangan sering lupa mematikan lampu kamar mandi. Anda mengeluh, mengingatkan, tapi tak ada gunanya. Tetap saja lampu kamar mandi menyala. Sampai suatu saat, tiba- tiba Anda sadar, ”Jika ini hanya satu kebiasaan buruk yang dia dimiliki sungguh, betapa beruntungnya saya! Saya sendiri punya lebih banyak kebiasaan buruk. Sungguh tidak adil, membesar- besarkan masalah kecil semacam itu.”
Apa Anda kesal melihat suami membiarkan baju kotornya berserakan di kamar? Atau barang-barang tidak disimpan di tempatnya kembali? Apa pun kebiasaan buruk yang dimiliki pasangan, biarkan saja. Terimalah dia apa adanya, Anda akan bahagia, begitu pula si dia.
Solusi 3: Jangan tempatkan pasangan di situasi sulit
Misalnya, Anda menerima telepon dari kakak mengajak berlibur bersama keluarga di akhir minggu. Anda menjauhkan telepon dari telinga dan sambil berteriak mengatakan, ”Sayang, kakak telepon, mengajak kita dan anak-anak liburan bersama. Asyik ‘kan?” Kakak Anda bisa mendengar teriakan itu dan menunggu jawaban suami Anda.
Bagaimana reaksi suami seharusnya? Dia tidak punya waktu sedikit pun untuk memikirkannya. Jika mengatakan tidak, kedengarannya sangat egois, mengecewakan kakak dan membuat Anda kesal. Sebaliknya, jika setuju, ia sendiri merasa tidak nyaman.
Di lain kesempatan, saat menghadapi situasi yang sama, jangan pernah menempatkan pasangan di situasi sulit. Lain kali Anda bisa mengatakan, ”Saya tidak tahu apa rencana suami minggu ini, tapi saya harap kami bisa ikut. Nanti saya telepon lagi .deh..” Dengan demikian, suami Anda punya kesempatan memikirkan dan memberi keputusan.
Pikirkan sekali lagi. Anda sendiri tidak ingin berada dalam situasi sulit semacam itu. Hindari membuat pasangan merasa tertekan, mungkin saja Anda bisa lebih santai menikmati hidup bersama pasangan yang penuh kasih sayang.
Solusi 4: Jalani hubungan Anda sendiri
Setiap hubungan punya keunikan sendiri. Namun, kita punya kecenderungan, bertindak seakan-akan hubungan yang dijalani saat ini perlu diperbaiki lagi hingga terlihat layaknya pasangan ideal. Sikap seperti ini bisa menciptakan jurang pemisah antara apa yang Anda tahu baik untuk Anda, dan bagaimana Anda memilih cara hidup yang dikehendaki. Bahkan bisa jadi memperburuk hubungan yang sudah berjalan baik selama ini.
Pasangan yang bahagia, cenderung punya aturan sendiri. Daripada mencari tahu dari teman, tetangga atau anggota keluarga lain, lebih baik mencari sendiri apa yang bisa membuat Anda berdua bahagia. Jangan terjebak membandingkan hubungan Anda dengan orang lain. Cari jalan Anda sendiri untuk mencapai kebahagiaan bersama.
Solusi 5: Pertahanan komunikasi dua arah
Berbagi sesuatu yang dialami, dirasakan, harapan, salah satu cara membuat hubungan bertambah intim. Bahkan jadi sesuatu yang memuaskan tatkala berbagi kekesalan yang dialami. Tapi keinginan berkomunikasi bisa jadi berbahaya bila Anda ingin selalu jadi pusat perhatian.
Misalnya, yang terjadi pada pasangan di sebuah restoran. Si wanita sedang menceritakan seseorang yang bersikap kasar padanya, sementara si pria juga berusaha meyakinkan, supir taksi yang membawanya tadi lebih kasar lagi. Tak lama kemudian, cerita beralih ke masa kecil. Wanita tadi bercerita orangtuanya tidak mau mendengar perkataan anak-anaknya. Sebaliknya, pacarnya bercerita, ia sering dipukuli orangtuanya.
Jika berada dalam posisi si wanita, Anda pasti bisa merasakan kekecewaan, pasangan Anda sendiri tidak mau mendengarkan. Mungkin saja pria tadi tidak bermaksud menyakiti dan berniat terlibat dalam suatu percakapan. Tapi tak sekali pun dia menunjukkan simpati maupun empatinya.
Usahakan jangan sampai memperbaiki atau menambah cerita Špasangan. Yang terpenting, jangan berusaha mengalihkan pada diri Anda dengan mengatakan seperti ini, ”Ah, itu belum apa-apa, coba dengarkan yang saya alami.” Jika dilakukan, sama saja mengirim pesan, Anda lebih tertarik jika cerita itu berkaitan dengan Anda, daripada memperhatikan sepenuhnya kesan dan pengalaman yang dialami pasangan.
Jika bisa menghindarkan diri Anda jadi pusat cerita, Anda bisa mengamati perubahan pasangan, jadi lebih semangat untuk berbagi cerita. Dan juga membuka kemungkinan, si dia akan mendengarkan Anda juga.
Solusi 6: Tanyakan pada diri Anda, “Benarkah itu sesuatu yang penting?”
Kapan saja merasa kesal tentang suatu hal, sangat membantu jika bertanya pada diri sendiri, ”Benarkah itu sesuatu yang penting?” Setiap mengalaminya, tanyakan saja, mungkin Anda seperti tersentak dan kembali ke dunia nyata. Dengan lebih bisa memahami situasi sebenarnya, Anda bisa menilai secara lebih obyektif.
Saat akan pergi belanja, suami mengingatkan beberapa kali untuk membeli koran yang beberapa artikelnya sangat menarik. Ternyata Anda lupa. Saat itu masih pengantin baru, dan suami sudah membuat Anda merasa tidak enak hati. Padahal, setelah dipikir, mudah sekali, tinggal pergi lagi keluar dan beli koran sendiri. Sederhana sekali bukan?
Setelah menyadarinya, sekarang suami mungkin tidak terlalu penuntut dan bisa lebih sabar. Sebaliknya Anda juga tidak menjadi tertekan dan lebih santai sehingga lambat laun sifat pelupanya malah makin menghilang.
Secara jujur, selalu saja ada waktu di mana setiap pasangan merasa kesal dan kehilangan perspektif. Tapi kita belajar, itu bukanlah sesuatu yang sangat penting untuk dipikirkan.
Solusi 7: Jangan mengkritik kekurangan pasangan secara berlebihan.
Satu hal bisa dipastikan: jika mengkritik kekurangan pasangan secara berlebihan, bisa mebuat hubungan bertambah buruk.
Ada pasangan yang hubungannya sangat hangat dan mesra. Tapi mereka memutuskan menemui terapis atau konselor untuk lebih meningkatkan kualitas hubungan. Saat terapis mendorong mereka berdua menganalisa dan menggali masalah yang dihadapi, hubungan mereka nyaris putus.
Pertolongan terapis memang bisa menyelamatkan suatu hubungan. Tapi menjalani konseling, membuat Anda menganalisa sesuatu yang negatif secara berlebihan. Saat memikirkan sesuatu yang mengganggu, Anda sering marah dan merasa kecil hati.
Lain kali, jika Anda merasa menganalisa hubungan secara berlebihan, mundurlah sejenak. Rasa sakit hati akan menghilang dan diganti kembali dengan datangnya cinta. Setiap timbul masalah, dapat dibicarakan setelah Anda berdua mengesampingkan pandangan negatif lebih dulu. Usahakan berhenti mengkritik kekurangan pasangan secara berlebihan, mungkin saja Anda akan jarang menghadapinya.
Solusi 8: Belajar menerima permintaan maaf dengan tulus.
Sangat disayangkan, banyak orang yang sulit minta maaf, hanya karena permintaan maafnya tidak diterima dengan sepenuh hati. Si wanita minta maaf dan menyesal, karena kesibukannya bekerja, ia sulit mencari waktu pergi dengan pacarnya. Ia sering diberi tugas keluar kota dan jarang punya waktu luang.
Tahu bagaimana reaksi sang pacar? Si pria tidak mencoba memeluk, memegang tangan atau berusaha meyakinkan pacarnya. Tapi malah memandang dengan pandangan yang menusuk. Ketidakmampuan si pria membuka hati, walau pacarnya sudah minta maaf dengan tulus, membuat masalah makin rumit.
Wanita tadi sudah membuka peluang berkomunikasi, mungkin juga bisa mencari solusinya. Tapi dengan tidak menerima permintaan maaf yang diajukan, si pria malah membuat pacarnya enggan minta maaf lagi di masa datang, jika ada kesalahan yang dibuatnya. Bahkan bisa jadi malah memandang pacarnya itu sebagai masalah baru.
Coba perhatikan, saat pasangan minta maaf, apa yang Anda lakukan? Lain kali, jika ia minta maaf, usahakan dengan tulus mendengarkan apa yang dikatakan dan terimalah permintaan maafnya, sesuatu yang tidak semua orang bisa melakukannya. Saat tiba giliran Anda, si dia pasti akan melakukan hal yang sama.
Solusi 9: Jangan menggunakan ultimatum, seperlunya saja.
Tak ada seorang pun yang suka diberi ultimatum. Padahal banyak juga yang sering memakainya untuk memperoleh apa yang diinginkan. Ultimatum memojokkan seseorang dan bisa mengubah pilihannya. Walaupun Anda mendapatkan apa yang diinginkan, di pihak lain, pasangan melakukan dengan berat hati.
Misalnya, mengatakan pada suami, ”Jika tidak datang ke arisan keluarga minggu ini, saya tidak akan mengajak kamu bicara selama seminggu.” Mungkin saja, suami Anda akhirnya ikut, tapi dengan keadaan yang tidak nyaman sama sekali. Bisa jadi, Anda malah jadi kesal melihat suaminya diam saja sepanjang perjalanan dan saat arisan.
Di kesempatan lain, lebih baik mengatakan, ”Saya sangat senang jika kamu menemani saya di sana. Saya tidak mau memaksa, tapi saya akan kecewa bila kamu tidak ikut.”
Lain halnya jika pasangan yang sedang berpacaran mengajak menikah. Dalam situasi seperti ini, sah-sah saja memberikan ultimatum, yang memang perlu. Saat melakukannya, katakan, Anda pun tidak suka dengan cara ini. Tapi apa boleh buat, semuanya demi kebaikan Anda berdua.
Solusi 10: Awali hari Anda dengan memikirkan tiga hal yang disukai dari pasangan.
Saat bangun tidur, cobalah mencari tiga hal yang Anda sukai dari pasangan. Ingat bagaimana suami/istri Anda membuat orang lain ceria dengan senyumannya. Selalu ramah, bahkan pada orang asing sekali pun. Ingat juga beberapa kali setiap Anda sedang kesal, dia selalu mengingatkannya, ”Ah, itu ‘kan hal kecil, jangan terlalu dipikirkan!” Yang terakhir, sebelum bangun dari tempat tidur, syukuri Anda punya istri/suami yang juga jadi ibu/ayah yang baik bagi kedua anak Anda.
Mungkin memikirkan 3 hal itu membutuhkan waktu kurang dari 5 menit, tapi efeknya bisa Anda rasakan sepanjang hari. Waktu Škeluar rumah mengambil koran, Anda tahu dompet suami tertinggal dalam mobil yang tidak terkunci. Kebiasaan yang kadang membuatnya khawatir, bahkan frustrasi. Tapi karena sejak pagi tadi sudah memikirkan hal-hal yang positif tentang suami, Anda hanya mengangkat bahu dan membawa dompet ke dalam. Bagaimana jika saat bangun kita dipenuhi perasaan tertekan? Mungkin pagi-pagi kita sudah dibuat kesal dan ingin marah-marah terus.
Memikirkan hal-hal menyenangkan tentang pasangan sejak bangun pagi, memang tidak bisa mencegah Anda kesal padanya. Tapi setidaknya bisa mengurangi. Walaupun Anda merasa terganggu, tidak akan terlalu parah hasilnya.